Implementasi video surveillance di Indonesia diiterapkan pada dunia perhotelan,bandara, dan rperancangan roket luar angkasa.
perhotelan membutuhkan pengawasan video untuk aplikasi keamanan dan keselamatan umum seperti keamanan pelanggan, menghindari pencurian dan keramahtamahan pekerja hotel.
Hotel-hotel di Indonesia menggunakan system video yang bermacam-macam. Salah satu system yang digunakan adalah system PLC. Powerline Communication (PLC) adalah sistem transmisi data dengan
memanfaatkan kabel listrik sebagai pembawa frekuensi (frequency carrier). Inti dari teknologi ini adalah kemampuan untuk menyediakan Jaringan Daya Terkondisi Frekuensi Tinggi (HFCPN-High Frequency Conditioned Power Network) dimana melalui jaringan ini data dapat dilewatkan. Sebagaimana ditunjukkan di atas, prinsip dasarnya adalah menginjeksikan sinyal-sinyal data ke dalam saluran daya listrik pada frekuensi 10 juta kali frekuensi dasar arus listrik (atau sekitar 500/600MHz). Untuk melakukan ini, dibutuhkan unit-unit pengkondisi (CUConditioning Units). Unit-unit ini merupakan pengkopel arah tiga terminal yang meliputi bagian high and low pass filter untuk membentuk suatu pengkopel arah
frekuensi yang sensitif. Setiap CU mempunyai sebuah terminal jaringan (NP - Network Port), sebuah terminal distribusi komunikasi (CDP – Communication Distribution Port), dan sebuah terminal distribusi listrik (EDP, Electricity Distribution Port). Kelebihan utama dari sistem ini adalah dapat menjadi solusi system komunikasi murah, karena menggunakan infrastruktur yang telah ada. Dengan tehnologi PLC selama ada jaringan listrik disitu ada konektivitas. Seluruh stop kontak di apartemen & perkantoran Anda adalah sebuah switch port, begitu e- Brigde ditancapkan di stop kontak.
Skema Jaringan Jaringan sistem PLC terdiri dari master modem dan coupler pada NOC dan slave
modem pada sisi client.
Implementasi video surveillance di Indonesia selain perhotelan dapat juga kita jumpai di bandara. Bandara membutuhkan pengawasan video untuk aplikasi keamanan dan keselamatan umum seperti mengindari perkelahian, pencurian, menanggulangi kecelakaan di lokasi bandara dan seluruh kegiatan yang terjadi di bandara.
Salah satu system video surveillance yang sering digunakan di bandara adalah DFW. Pengawasan video menggunakan DFW di bandara adalah pilihan yang tepat. Tidak seperti system keamanan umumnya hanya dapat menampilkan video dalam warna putih dan hitam atau mutu warna gambar yang kurang. DFW dapat memberikan kualitas gambar dengan resolusi yang tinggi sehingga benda bergerak yang direkam, gerakannya ditampilkan secara sempurna dan memiliki warna dengan kualitas yang tinggi. Keunggulan lain dari system DFW dengan berbasis ATM adalah DFW dapat memberikan pusat kontrol untuk menggerakkan alat-alat yang digunakan dalam system seperti kamera yang digunakan dapat digerakkan secara leluasa untuk melihat keadaan di lokasi kamera tersebut dipasang.
Pengawasan video dengan system DFW juga memberikan fasilitas yang mengijinkan fasilitas monitoring manapun pada jaringan untuk bertindak sebagai pusat kendali. Dengan itu dapat menanggulagi bila fasilitas pusat kendali utama tidak dapat digunakan yang mungkin disebabkan karena kebakaran, banjir atau masalah-masalah lainnya. Karena hal terpenting dalam suatu pengawasan adalah system keamanan yang digunakan dapat memberikan fasilitas kontrol yang dapat mengerakkan alat-alat yang digunakan dalam system secara leluasa dan dapat memberikan suatu backup kendali fasilitas dengan waktu peralihan minimal.
Sistem DFW di bandara diaplikasikan dengan pemasangan kamera di setiap sudut dari bandara sehingga setiap kegiatan yang terjadi di bandara dapat diamati dan di pusat kendali akan diapsang 18 monitor untuk melihat hasil dari video yang direkam kamera. Pada bandara juga di pasang alaram yang terhubung dengan system DFW jadi jika terjadi suatu kecelakaan atau masalah-masalah yang lainnya, alaram akan memberikan sinyal kepada system DFW dan kamera yang ada di lokasi masalah tersebut terjadi secara otomatis akan menyorot keadaan yang terjadi. Hasil dari kamera yang didapat ditampilkan langsung kepada petugas-petugas keamanan yang ada di bandara sehingga petugas-petugas dapat mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dan dapat menentukan tindakan yang akan dilakukan sehingga masalah yang terjadi dapat ditanggulangin dengan cepat dan benar.
implementasi video surveillance system dirancang pada
Roket merupakan salah satu wahana dirgantara yang memiliki makna strategis. Suatu bangsa
yang mampu mengembangkan dan menguasai teknologi roket akan disegani oleh bangsa-bangsa
lain di dunia. Hal tersebut sangat beralasan, sebab teknologi roket dapat dimanfaatkan untuk
berbagai macam tujuan. Roket dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengorbitkan satelit
atau wahana antariksa dengan misi-misi khusus, misalnya satelit mata-mata militer, satelit
komunikasi komersial, satelit pemantau cuaca, satelit penelitian, stasiun antariksa, teleskop di
angkasa dan wahana antariksa lainnya. Dengan adanya wahana-wahana antariksa tersebut dan
pengembangan yang terus-menerus maka data-data dan informasi segala sesuatu yang ada di
permukaan bumi ini akan menjadi suatu hal yang tidak mustahil dapat diperoleh dengan mudah.
Indonesia sebagai negara berkembang dengan wilayah yang sangat luas sudah saatnya memper-
cepat penguasaan teknologi di bidang kedirgantaraan untuk mendukung kemandirian bangsa
di sektor-sektor strategis lainnya, misalnya telekomunikasi, transportasi, pertanian, dan militer.
Namun alih teknologi dirgantara tidak mudah diberikan oleh negara maju yang menguasai tek-
nologi dirgantar kepada negara berkembang. Oleh sebab itu kemandirian di bidang teknologi
dirgantara harus segera digenggam oleh bangsa Indonesia agar kemajuan di berbagai sektor
dapat segera terwujud.
Langkah yang dapat ditempuh untuk menuju kemandirian bangsa adalah menyiapkan bibit ung-
gul yang akan diproyeksikan sebagai tenaga ahli. Penyiapan bibit unggul dapat dimulai dengan
mengenalkan teknologi dirgantara ke dunia akademik khususnya mahasiswa untuk menarik mi-
nat mereka menekuni teknologi dirgantara. Salah satu cara untuk menarik minat mahasiswa ke
dalam teknologi dirgantara adalah dengan mengadakan lomba muatan roket tingkat mahasiswa
se-Indonesia dengan wahana roket RUM. Diharapkan dengan kegiatan edukasi tersebut maka
para generasi muda akan termotivasi dan terpacu untuk berpartisipasi dan berkarya di dunia
peroketan Indonesia.
Payload roket diberikan ruangan berbentuk tabung yang diletakkan pada bagian atas
roket RUM-70 dengan spesi_kasi sebagai berikut:
1. Diameter : 65.00 mm
2. Tinggi : 200.00 mm
Sedangkan ukuran dari tabung bagian dalam roket yang disediakan bagi payload roket adalah:
1. Diameter : 67.00 mm
2. Tinggi : 207.91 mm
Roket Peluncur
369
Roket peluncur yang telah disediakan oleh pihak Pusterapan Rumpin
adalah Roket tipe RUM-70, yang merupakan singkatan dari Roket Uji Muatan dengan diameter
roket 70 mm. Roket ini memiliki spesi_kasi sebagai berikut:
1. Panjang roket : 1090 mm
2. Diameter roket : 76 mm
3. Berat roket : 4,6 kg
4. Jenis propelan : Komposit
5. Daya dorong : 30 kg
6. Ketinggian terbang : 800 - 1500 m
7. Shock burning time : 10 g
8. Bahan tabung roket : PVC
9. Timer separasi : 10 detik
10. Waktu recovery : 5 menit
Judul dipilih dengan nama Muatan Video Surveillance dan Telemetri karena pada muatan ini
selain diberikan kamera sebagai video surveillance, juga diberikan muatan Telemetri (data dari
GPS berupa posisi Latitude-Longitude, waktu, ketinggian, heading, dan kecepatan) yang di-
displaykan secara teks pada video output. Dengan menggunakan OSD (On Screen Display)
370
Controller, maka signal video composit dari Kamera Video Mini CCTV dapat ditambahkan
informasi data telemetri.
Kamera Video Mini CCTV dipasang di dua tempat pada Nose Cone roket, yaitu satu dipasang
di ujung Nose Cone dan satu lagi dipasang di pinggir Nose Cone bagian bawah menghadap sirip
kaki roket. Karena muatan roket ini hanya menggunakan satu AV Transmitter, maka sistem
pemilihan kanal video yang akan ditransmisikan berdasarkan pada rangkaian timer controller.
Timer controller ini diaktifkan oleh sensor G-Switch yg dipasang di dalam muatan roket, sehing-
ga pada saat roket mulai start maka timer akan bekerja untuk mengaktifkan kamera 1 (kamera
yang menghadap ke sirip kaki roket) selama 12 detik. Sehingga pada saat roket melaju sam-
pai dengan roket melakukan separasi yaitu selama 10 detik, akan direkam oleh kamera yang
menghadap sirip kaki roket.
Kemudian setelah roket melakukan separasi dan parasut mengembang, maka kamera video se-
cara otomatis akan di switch ke kamera 2 yang berada di ujung Nose Cone. Sehingga pada
saat muatan menggantung di parasut, view kamera akan melihat ke permukaan bumi. Selama
parasut masih berada di udara, maka kamera akan terus merekam view permukaan bumi dan
kemudian ditransmisikan menggunakan AV Transmitter 2.4GHz.
AV Transmitter yang digunakan bekerja pada frekuensi 2.4GHz dengan konsumsi daya 500mW.
Jangkauan transmisi dari transmitter ini menurut spesi_kasi teknisnya adalah sampai dengan
1km, sehingga masih berada pada jangkauan roket dengan sudut peluncuran 80 derajat.
Catu daya yang diperoleh dari solar cell, men-supply keseluruhan sistem dengan nilai tegangan
yang berbeda-beda. Data pada masing-masing sensor diproses pada OBC yang kemudian di-
transmisikan oleh antena. Data GPS dan rekaman video akan diterima oleh sistem penerima
TT & C dan ditampilkan pada layar. Buzzer & alarm akan berbunyi pada saat roket kembali
menyentuh tanah.
Sinyal yang ditransmisikan dari roket akan diterima oleh antena yang selanjutnya akan ditam-
pilkan pada layar TV yang dilengkapi dengan data waktu, latitude, longitude, dan altitude.
Pada sistem penerima ini, software data TT&C yang digunakan adalah:
1. Software Interface Memberikan informasi untuk menampilkan Latitude (garis lintang),
Longitude (garis bujur), Time Tag (waktu), dan Altitude (ketinggian) pada Google Earth.
2. Software Data Logger Digunakan untuk penerimaan data Telemetri.
Berdasarkan uji coba yang dilakukan, hasil rekaman video yang diperoleh selama peluncuran
sudah cukup bagus, dengan kata lain hasil rekaman videonya mampu menampilkan citra dengan
jelas.
No comments:
Post a Comment